Aura manusia selalu berubah-ubah sesuai dengan kedewasaan kepribadian seseorang. Aura manusia berwarna-warni sesuai dengan kepribadian dan kehidupan seseorang. Masing-masing warna aura menunjukkan kepribadian yang berbeda. Panjang pendeknya aura dapat dideteksi dengan indra peraba kulit maupun dengan tongkat deteksi.
Aura seseorang dapat mempengaruhi maupun dapat dipengaruhi oleh lingkungan sehingga dapat bertambah maupun dapat berkurang karena faktor lingkungan
Sekarang, mari kita mulai latihan melihat aura. Sebelum melihat aura orang lain, ada beberapa urutan latihan yang harus dilakukan demi kesempurnaan hasil.
1. Melihat Aura Dengan Jari Tangan
Carilah tembok yang berwarna putih, lalu duduklah dengan tenang pada jarak 1/2 meter dari tembok. Ambil nafas sebanyak mungkin dan tahan selama mungkin. Lakukan sebanyak 5 kali. Gosoklah kedua telapak tangan hingga terasa hangat. Tempelkanlah masing-masing jari tangan kanan dan kiri saling berpasangan. Letakkanlah kedua tangan yang masih berpasangan tadi 30 cm didepan mata dengan latar belakang tembok berwarna putih. Renggangkanlah perlahan-lahan kedua telapak tangan saling menjauh. Perhatikanlah, antara kedua ujung jari tadi akan mengeluarkan garis cahaya putih. Itulah aura yang memancar dari ujung jari kita.
2. Melihat Aura Dengan Telapak Tangan
Tariklah nafas dan gosokkanlah kedua telapak tangan seperti pada cara No. 1. Tempelkanlah salah satu telapak tangan pada tembok yang berwarna putih. Tariklah nafas, tahan dan hembuskanlah. Lepaskan telapak tangan dari tembok. Amatilah bekas telapak tangan yang tertinggal ditembok. Itulah aura yang memancar dari telapak tangan dan lama kelamaan akan larut dalam aura alam.
3. Melihat Aura Diri Sendiri
Letakkanlah cermin besar dihadapan kita. Duduklah dengan tenang. Usahakanlah latar belakang tembok berwarna putih dan penerangan berupa lampu neon. Tariklah nafas sebanyak mungkin dan tahanlah selama mungkin. Ulangilah sebanyak 5 kali. Tataplah bayangan diri kita yang ada dicermin. Pandangan mata diusahakan tidak melihat tubuh maupun bayangan tubuh, namun lihatlah batas tepian kepala dengan latar belakang tembok. Setelah pandangan mata kita terfokus, maka perlahan-lahan dari kepala dan bahu akan keluar cahaya aura kita. Sinar yang pertama kali terlihat, biasanya berwarna putih. Putih ini biasanya bukan merupakan warna aura kita yang sesungguhnya, melainkan dari warna aura yang sesungguhnya. Tataplah terus sampai kita melihat warna lain yang tidak berubah. Setelah berhasil, mulailah untuk melihat aura orang lain.
4. Melihat Aura Orang Lain
Mintalah bantuan seseorang yang akan menjadi objek untuk berdiri didepan tembok yang berwarna putih. Usahakanlah penerangan didalam ruangan dibuat remang-remang atau redup. Berdirilah lebih kurang 3 meter didepan objek. Fokuskanlah pandangan mata pada bagian tepi kepala dan bahu objek. Perlahan-lahan akan keluar sinar aura dari tepi kepala objek. Fokuskanlah pandangan pada seluruh tepian tubuh objek, maka seluruh tubuh objek akan memancarkan warna aura.
Hitam = Pikiran yang negatif, tertutup, 'kesuraman'
Abu-abu = Kemuraman dan kesedihan, kadang ketakutan
Coklat = Keserakahan, lebih mementingkan diri sendiri
Merah tua = Emosional, marah, melonjak-lonjak
Merah = Kemarahan dan hawa nafsu, kecemasan, kegugupan
Merah hangat = Sehat, berenergi
Jingga = Sifat ramah tamah, bersahabat
Oranye = Ambisi, kreatif, produktif, petualang, berani
Kuning = Kecerdasan, intelektual, penuh inspirasi
Hijau = Sifat baik, seimbang, masuk akal, percaya diri, sehat
Biru = Rasa keagamaan, ketaatan, tenang, pendiam
Indigo = Intuitif, sensitif, memiliki feeling kuat
Ungu = Intuitif, futuristik, idealis, artistik, magis
Putih = Tingkat rohani yang tinggi
Banyak warna = Emosi bercampur, "imbalance"
Letakkanlah cermin besar dihadapan kita. Duduklah dengan tenang. Usahakanlah latar belakang tembok berwarna putih dan penerangan berupa lampu neon. Tariklah nafas sebanyak mungkin dan tahanlah selama mungkin. Ulangilah sebanyak 5 kali. Tataplah bayangan diri kita yang ada dicermin. Pandangan mata diusahakan tidak melihat tubuh maupun bayangan tubuh, namun lihatlah batas tepian kepala dengan latar belakang tembok. Setelah pandangan mata kita terfokus, maka perlahan-lahan dari kepala dan bahu akan keluar cahaya aura kita. Sinar yang pertama kali terlihat, biasanya berwarna putih. Putih ini biasanya bukan merupakan warna aura kita yang sesungguhnya, melainkan dari warna aura yang sesungguhnya. Tataplah terus sampai kita melihat warna lain yang tidak berubah. Setelah berhasil, mulailah untuk melihat aura orang lain.
4. Melihat Aura Orang Lain
Mintalah bantuan seseorang yang akan menjadi objek untuk berdiri didepan tembok yang berwarna putih. Usahakanlah penerangan didalam ruangan dibuat remang-remang atau redup. Berdirilah lebih kurang 3 meter didepan objek. Fokuskanlah pandangan mata pada bagian tepi kepala dan bahu objek. Perlahan-lahan akan keluar sinar aura dari tepi kepala objek. Fokuskanlah pandangan pada seluruh tepian tubuh objek, maka seluruh tubuh objek akan memancarkan warna aura.
Hitam = Pikiran yang negatif, tertutup, 'kesuraman'
Abu-abu = Kemuraman dan kesedihan, kadang ketakutan
Coklat = Keserakahan, lebih mementingkan diri sendiri
Merah tua = Emosional, marah, melonjak-lonjak
Merah = Kemarahan dan hawa nafsu, kecemasan, kegugupan
Merah hangat = Sehat, berenergi
Jingga = Sifat ramah tamah, bersahabat
Oranye = Ambisi, kreatif, produktif, petualang, berani
Kuning = Kecerdasan, intelektual, penuh inspirasi
Hijau = Sifat baik, seimbang, masuk akal, percaya diri, sehat
Biru = Rasa keagamaan, ketaatan, tenang, pendiam
Indigo = Intuitif, sensitif, memiliki feeling kuat
Ungu = Intuitif, futuristik, idealis, artistik, magis
Putih = Tingkat rohani yang tinggi
Banyak warna = Emosi bercampur, "imbalance"
cuma satu warna...
No comments:
Post a Comment
Mhu menjadi yang terbaik. Umat terbaik!